POSTER PRESIDEN DAN RAJA-RAJA BARU
Fenomena Keraton dan Raja Agung Sejagat, yang sempat viral dan menjadi pemberitaan utama di media nasional, mengingatkan saya pada poster Pak Presiden yang juga memakai baju kebesaran (simbol) Raja, saat kampanya presiden kemarin.
Lalu apa kaitan poster Presiden yang memakai baju kebesaran Raja dengan dan fenomena Kerajaan Agung Sejagat dan raja baru lainnya ?
Ada ungkapan "Tidak ada riak tanpa gelombang". Atau "Tidak asap tanpa api". Ungkapan itu seakan menegasikan antara simbol dan peristiwa yang kini ramai dibahas. Dan ternyata bukan hanya Raja Agung Sejagat, di daerah-daerah lain pun ternyata ada.
Kita akan fokus pada simbol (yang dipakai Presiden) raja bukan pada munculnya raja-raja yang kini ramai dan viral. Mengapa Presiden dan Simbol yang dilekatkan padanya saat itu.
Sebagai mana ungkapan di atas "Tidak ada riak tanpa gelombang". Atau "Tidak asap tanpa api", dan presiden adalah baru meter bangsa ini. Orang melihat atau dunia menilai sebuah bangsa dari pemimpinnya.
Munculnya poster presiden dengan baju kebesaran raja ketika itu menuai komentar Mering (simbol : otoriter, diktator dll). Akhirnya setelah ramai diperbincangkan poster itu pun diturunkan.
Lalu jelang kepemimpinan ke dua kalinya presiden dihadapkan pada fenomena munculnya raja-raja seperti Raja Agung Sejagat dan raja-raja lain di berbagai daerah.
Saya pikir pengkultusan berlebih dari pendukung fanatik presiden menjadi titik balik dari berbagai frustasi dan kekecewaan atas kinerja serta capaian yang jauh dari harapan. Pendukung fanatik senantiasa menutup mata atas kegagalan pengelolaan pemerintah.
Di titik lain diluar kekuasan semakin menampakkan kekecewaannya bahkan "tidak mengakui presiden sebagai pemimpin". Pun kemunculan raja-raja dengan pengikutnya merupakan bentuk ekspresi kekecewaan masyarakat pada pemimpin republik ini.
Apakah kemunculan raja-raja menjadi ancaman ? Secara geografis dan teritori kekuasaan tidaklah menjadi sebuah ancaman. Maka tidak perlu disikapi terlalu ofensif. Namun secara legitimasi kekuasaan secara kultural munculnya raja-raja merupakan cermin dari hilangnya Marwah kepemimpinan.